Visit My old blog

Monday 31 March 2014

Lamunan Kita 'Indonesian'

     Seorang uncle yang sedang queuing bus siang tadi menarik perhatian saya. Tangannya memegang tongkat, dan di ujung hidungnya bertaut kacamata hitam bundar yang mungkin lebih berumur dari umurnya. Sendirian saja dia duduk disana, sekilas dari sudut mata kulihat pandangannya menerawang. Tatapan matanya yang kosong, mengawang-awang disana, diam saja di dalam pikirannya. Pada kedipan mata kedua dengan sedikit tersentak kusadari bahwa si uncle ternyata tunanetra. Seketika saya diam. Diam, ikut merasakan apa yang mungkin dia rasakan sewaktu pertama kali mendapati dunia ini menjadi gelap
     Bunyi deru bis yang memperlambat lajunya menarik perhatian setiap orang untuk berdiri mengular di ujung pintu bis. Kulihat si uncle dengan tongkatnya melangkah sedikit goyah menuju pintu bis. Pelan tapi pasti tanpa bantuan siapapun dia menjejakkan kakinya kuat-kuat di tangga bis, menge-tap kartu busnya dan berjalan pelan mencari tempat duduk kosong dengan mengketuk-ketukkan tongkatnya di lantai bus. Saya duduk di sampingnya, dan tiba-tiba ada rasa syukur untuknya karena tinggal di negeri ini. 



      Saya masih bisa merasakan bentuk tanggung jawab pemerintah Singapura dari public transportationnya juga tata kota dan hunian untuk masyarakatnya bahkan masyarakat dengan keterbatasan fisik. Si uncle walaupun tidak memakai kendaraan pribadi, masih bisa bepergian dengan nyaman memakai bus atau MRT (Mass Rapid Transit). Mengantri juga sama sekali tidak berdesakan, Singapura menata terminal bisnya dengan sangat rapi. Membuat sekat-sekat besi yang memisahkan setiap antrian untuk nomor bus yang berbeda. Masyarakat juga sadar akan keteraturan dan aturan, tidak ada serobot sana sini. Bahkan untuk mereka yang menggunakan kursi roda, supir akan membantu menurunkan papan besi untuk memudahkan kursi roda memasuki bis. Kemudian membantu menempatkannya di area khusus wheelchair dengan sandaran yang sudah disediakan untuk mencegah wheelchair bergeser. Ini hanya sebuah contoh kecil bentuk tanggung jawab sebuah negara untuk rakyatnya yang memiliki kekurangan fisik yang layak untuk di apresiasi.
       Lalu dalam pikiran saya  tiba-tiba terlintas kepada negeri saya sendiri. Kadang saya melihat anak-anak muda kita yang sedang menunggu kendaraan umum, duduk termangu sambil melamun menatap jalanan raya yang macet sambil memicingkan mata. Kadang saya yakin mungkin ada puluhan ratusan atau entah berapa banyak dari lamunan mereka adalah meratapi kemudahan dan kelayakan transportasi umum yang seharusnya tersedia. Terlintas bayangan terminal-terminal yang masih kotor, keamanan yang belum mencukupi, penataan yang belum teratur. Belum juga di jalanan yang seharusnya ada banyak halte teduh dan rapi, berganti jadi tempat panas dan bahaya untuk menunggu kendaraan umum yang kebanyakan berhenti di sembarang tempat. Belum juga kesadaran masyarakat kita untuk mengantri, serobot sana sini yang tua dan anak-anak bisa saja jatuh tertinggal dan begitu seterusnya. Kepada orang-orang yang juga memiliki keterbatasan fisik sepertinya mati-matian untuk bisa pakai kendaraan umum. Saya tidak bermaksud mendiskriminasikan mereka dengan mengganggap mereka lemah. Sudut pandang saya meyakini bahwa setiap orang pantas mendapatkan kemudahan dan kelayakan hidup dalam hal ini kemudahan dan kelayakan transportasi di negerinya. Mempermudah kehidupan yang sebenarnya sudah cukup berat.
     Terlepas dari seberapa stressnya saya bekerja di sini, ada berbagai point plus yang bisa saya dapatkan kemudian saya compare dengan tanah air kita tercinta. Bagi siapapun mereka yang pernah hidup di luar Indonesia pasti pernah merasakan hal yang sama. Ada rasa dimana kita selalu membandingkan milik orang lain dengan apa yang kita punya. Rumput tetangga katanya selalu lebih hijau dari rumput sendiri. Comparition saya bukan berhenti kepada sekedar membandingkan. Kekurangan yang tampak ketika kita membandingkan membuat kita melek dan mencoba memperjuangkannya untuk jadi lebih baik. Duhai pemerintah indonesia yang seharusnya kita cintai sesungguhnya kami selalu menaruh harapan besar di pundak kalian. Bangunlah setiap dari kalian yang diberi tahtah tanggung jawab atas kehidupan rakyat dengan hati yang melek bukan hanya mata yang melek dengan materi kemewahan dunia. Semoga.